Penuh optimisme, NTB siap menjadi sentra budidaya lobster

Di tengah perdebatan mengenai kembali bangkitnya ekspor BBL untuk tujuan ekonomi, budidaya lobster di NTB terus menunjukkan tren peningkatan.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTB, Muslim, mengatakan setidaknya terdapat 10 titik distribusi budidaya lobster di NTB.

Diantaranya adalah Blongas (Lombok Barat), Silong Blanak (Lombok Tengah), Teluk Gerupuk dan Teluk Bumbang (Lombok Tengah), Teluk Awam dan Teluk Ekas (Lombok Tengah dan Timur), Teluk Jukung dan Teluk Jor (Lombok Timur), Teluk Seriwe ( Lombok Timur).

Kemudian di Pulau Sumbawa terdapat Pulau Bungin, Teluk Saleh, Teluk Cempi (Dompu) dan Waworada (Bima).

“Proses budidaya (lobster) di kawasan itu sudah berjalan, ada yang sudah mendapat izin penempatan perairan yang dikeluarkan mulai tahun 2021 dan ada pula yang masih dalam proses,” kata Muslim. Badan intelijen politik RMOLMinggu (10/12).

Lanjutnya, kelompok penggarap di Teluk Jukung dan Teluk Ekas sudah mencapai 147 orang dengan jumlah sekitar 1809 orang penggarap. Jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat setiap tahunnya.

Untuk Kabupaten Lombok Tengah dan Timur, tercatat terdapat keramba jaring apung (KJA) sebanyak 9.935 ekor. Sedangkan luas lahan garapan yang tersedia di Teluk Ekas dan Teluk Jukung masing-masing seluas 731,84 ha dan 642,82 ha, dengan garapan hanya kurang dari 10 persen.

Umat ​​Islam mengakui, mengembangkan budidaya lobster tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Hal ini memerlukan komitmen yang besar baik dari pemerintah pusat maupun daerah, serta dari para penggarap itu sendiri.

“Pembudidaya ini membutuhkan waktu lama untuk memanen lobster yang siap disantap, sekitar 8 bulan atau lebih,” ujarnya.

READ  Atta Halilintar Keluhkan Biaya Hidup Meningkat Usai Menikahi Aurel Hermansyah: Meningkat 10 Kali Lipat

Muslim menjelaskan berbagai tantangan dan peluang untuk mencapai hasil budidaya yang maksimal. Ia berharap ada komunitas penggarap yang sudah melakukan hal tersebut tindakan dengan KJA tentu memudahkan investor rencana bisnis.

Tantangannya adalah kemampuan teknis petani lobster masih rendah sehingga perlu ditingkatkan dan diperlukan nutrisi (yang baik) untuk mengembangkan lobster, jelas Muslim.

Setidaknya kondisi budidaya lobster di NTB bisa ditingkatkan pola atau langkah awal untuk menjadi pusat budidaya lobster nasional bahkan global.

Polemik Ekspor BBL

Menurut Muslim, perdebatan ekspor BBL juga menimbulkan pro dan kontra antara nelayan dan petani. Ia meminta Pusat mempertimbangkan kembali pembukaan keran ekspor BBL.

“Jadi di sini para petani khawatir kalau ekspor BBL dibuka maka mereka akan kesulitan mendapatkan bibit yang bagus karena yang bagus sudah diekspor,” ujarnya lagi.

Menurut Muslim, Kepala Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Laut IPB University, Prof. Yonvitner mengatakan ekspor BBL sebenarnya kurang menguntungkan, terutama bagi petani.

Keberlanjutan Nantinya, BBL akan terganggu dan otomatis nelayan atau petani setempat akan kesulitan mendapatkan benih. Dampaknya, harga benih lokal akan meningkat, kata Yonvitner yang dihubungi terpisah, Minggu (12/10).

Selain itu, menurutnya ekspor BBL juga menjadi penyebab hal tersebut relatif bagus petani lokal menurun. Yonvitner menekankan perlunya meningkatkan daya saing petani lokal untuk bersaing dengan Vietnam.

Peluang dan harapan

Yonvitner menjelaskan, jika Indonesia ingin fokus pada budidaya lobster, maka tidak ada yang tidak mungkin. Ia menekankan pentingnya keseriusan pemerintah, baik pusat maupun daerah.

“Pengembangan budidaya lobster dapat dibedakan menjadi kelompok rakyat dan kelompok industri. Sekelompok orang menggunakan skema pertanian multi-tahap. “Jadi ada yang menanam dari ukuran biji hingga ukuran tutup (sekitar 5 gram), lalu ada juga yang menanam dari ukuran tutup hingga ukuran siap makan misalnya,” jelas Yonvitner.

READ  Firli Bahuri tak sendirian, berikut 7 ahli hukum yang mendampinginya

“Jadi tidak hanya satu orang (petani), setidaknya ada 4 rantai usaha yang berkembang di klaster rakyat ini. Lalu di klaster industri seperti yang sedang dibangun pemerintah, mulai dari benih hingga konsumsi, imbuhnya.

Dosen Sumber Daya Air IPB ini juga menjelaskan pentingnya ketersediaan database penelitian dan statistikpembaruan dalam pengembangan budidaya lobster. Oleh karena itu, ia yakin sektor budidaya lobster mampu menyerap banyak lapangan kerja

Mulai dari industri pakan hingga masalah kredit bagi petani juga sedang dipertimbangkan dalam Skema Budidaya Lobster Hulu dan Hilir.

“Sama seperti di Vietnam, dukungan pemerintah sangat besar,” ujarnya.

Temukan berita terkini tepercaya dari kantor berita politik RMOL di berita Google.
Mohon mengikuti klik pada bintang.



Quoted From Many Source

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *